UJI PROTEIN
·
Tujuan
Untuk mengetahui adanya protein didalam urin
·
Dasar
Protein adalah sumber asam amino
yang mengandung unsur C,H,O dan N . Protein sangat penting sebagai sumber asam
amino yang digunakan untuk membangun struktur tubuh. Selain itu protein juga
bisa digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari
karbohidrat dan/atau lemak. Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan
dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan
pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.
Urin terdiri dari air dengan bahan
terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi
organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan
interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi.
Biasanya, hanya sebagian kecil
protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan
diekskresikan ke dalam urin. Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi
150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai
proteinuria. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria.
Beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati
karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple
myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih
(urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat
setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi.
Untuk mengetahui adanya protein di
dalam urin dilakukan pemeriksaan. Prinsip dari pemeriksaan ini terjadi endapan
urine jika direaksikan dengan asam sulfosalisila.
Proteinuria didefinisikan sebagai
konsentrasi protein sebesar 0.19/L (> +2 dengan cara dipstik) atau lebih dalam
sekurang-kurangnya dua kali spesimen urin yang dikumpulkan sekurang-kurangnya
dengan jarak 6 jam. Pada spesimen urin 24 jam, proteinuria didefinisikan
sebagai suatu konsentrasi protein 0,3 per 24 jam. Tingginya kadar protein dalam
urin ibu hamil dapat mengindikasikan terjadinya preeklampsi. Preeklampsi ialah
penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester kedua
-kehamilan.
Tetapi dapat terjadi sebelumnya,
misalnya pada molahidatidosa. Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik
kehamilandimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang
sebelumnya memiliki tekanan darah normal (Bobak , 2004).Pemeriksaan protein
urin dibutuhkan oleh ibu hamil bila dicurigai mengalami preeklampsi ringan atau
berat, dari hasil pemeriksaan ini kita dapat memberikan asuhan kepada ibu hamil
yangditujukan untuk mencegah timbulnya masalah potensial yaitu terjadinya
eklampsi.
Penetapam kadar protein dalam urin
biasanya dinyatakan berdasarkan timbulnya kekeruhan pada urin. Karena padatnya
atau kasarnya kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada,
maka menggunakan urinyang jernih menjadi syarat yang penting.Salah satu uji
protein urin yang cukup peka adalah dengan melalui pemanasan urin dengan asam
asetat. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik
iso-elektrik protein, sedangkan pemanasan bertujuan untuk denaturasi sehingga
terjadilah presipitasi. Proses presipitasi dibantu oleh adanya garam-garam yang
telah ada dalam urin atau yang sengajaditambahkan ke dalam urin. Asam asetat
yang dipakai tidak pentingkonsentrasinya, konsentrasi antara 3-6% boleh
dipakai, yang penting ialah pHyang dicapai melalui pemberian asam asetat. Urin
encer yang mempunyai berat jenis rendah tidak baik digunakan untuk percobaan
ini. Hasil terbail padapercobaan ini diperoleh dengan penggunaan urin asam.
Ditemukannya protein urine merupakan
tanda paling sering di jumpai pada preeklamsi, penyakit ginjal, bahkan sering
merupakan petunjuk dini dari latent glomerulo nephitis,Toxemia gravidarum
ataupun diabetic nephropathy. Selama kehamilan normal terdapat kenaikan
hemodinamika ginjal dan di ikuti dengan tekanan venarenalis. Pembentukan urine
dimulai dalam glomerulus, apabila filtrasi glomerulus mengalami kebocoran yang
hebat, molekul protein besar akan terbuang dalam urin sehingga menyebabkan
proteinuria. Pada pasien yang telah menderita penyakit parenkhim ginjal, Faktor
kehamilan yang memasuki usia 20 minggu ini mungkin akan memperberat kebocoran
protein melalui urine. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran protein urine pada ibu hamil trimester II yang memeriksakan diri di
bidan praktek swasta Citra Mulia Kudus. Penelitian ini di laksanakan pada bulan
Mei 2010 dengan jumlah sampel di ambil secara purposif dan sampel di periksa
secara semi kuntitatif dengan metode statistik. Hasil penelitian menunjukan
pemeriksaan urine pada ibu hamil trimester II yang negative sebanyak 9 sampel.
Positif satu sebanyak 19 sampel dan positif dua sebanyak dua sampel. Pada
pengukuran tekanan darah terdapat 6 ibu hamil yang mengalami hipertensi dan
dilihat dari kondisi kaki terdapat 3 orang ibu hamil yang mengalami edema.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut di harapkan kepada ibu hamil agar
melakukan pemeriksaaan kehamilan secara rutin sehingga perkembangan janin dapat
dipantau.
Kandungan urine bergantung keadaan
kesehatan dan makanan sehari-hari yangdikonsumsi oleh masing-masing individu.
Individu normal meempunyai pH antara5 sampai 7. Banyak faktor yang
memperngaruhi pH urine seseorang adalah makanan sehari-hari dan
ketidakseimbangan hormonal. Warna urine adalah kuning keemasan yang dianggap
berasal dari emas.Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti
racun atauobat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai
zat yang kotor.
Hal ini berkaitan dengan kemungkinan
urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi,
sehingga urinnyapun akan Mengandung bakteri.Cairan yang tersisa mengandung urea
dalam kadar yang tinggi danberbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun
yang akan dibuangkeluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat
diketahui melaluiurinalisis, yaitu suatu metode analisis zat-zat yang
dimungkinkan terkandung didalam urin. Analisis urin secara fisik meliputi
pengamatan warna urin, berat jeniscairan urin dan pH serta suhu urin. Sedangkan
analisis kimiawi dapat meliputianalisis glukosa, analisis protein dan analisis
pigmen empedu.
Untuk analisis kandungan protein ada
banyak sekali metode yang ditawarkan, mulai dari metode uji millon sampai
kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalahanalisis secara mikroskopik,
sampel urin secara langsung diamati dibawahmikroskop sehingga akan diketahui
zat-zat apa saja yang terkandung di dalamurin tersebut, misalnya kalsium
phospat, serat tanaman, bahkan bakteri.
Reabsorpsi asam amino terutama
terjadi di bagian awal tubulus kontortus proksimal yang menyerupai proses
absorpsi di usus halus. Karier utama dimembrane luminal merupakan kotransport
Na+ sedangkan karier di basolateraltidak bergantung pada Na+. Na+ di pompa
keluar sel oleh Na+, K+, ATP ase dan kemudian asam amino keluar sel melalui
proses difusi fasilitasi menuju cairan intertisium.
Proteinuria ditandai dengan adanya
kekeruhan. Proteinuria ditentukan dengan berbagai cara yaitu: asam
sulfosalisilat, pemanasan dengan asam asetat, carik celup (hanya sensitif
terhadap albumin).
Penetapan jumlah protein ditentukan
dengan urin 24 jam atau 12 jam, dengan cara Esbach.
Pemeriksaan proteinuria
Untuk menguji adanya kekeruhan
, periksalah tabung dengan cahayaberpantul dan dengan latar belakang yang
hitam. Cara penilaian uji protein adalah sebagai berikut :
a
Cara
pemanasan asam asetat
·
Alat dan
Bahan
Alat :
1. Tabung
reaksi
2. Penjepit
tabung reaksi
3. Rak tabung
4. Pipet tetes
5. Corong
6. Pipet volume
7. Lampu
spiritus/ Bunsen
8. Beker glass
Bahan :
1. Asam Asetat
6%
2. Urin
patologis
·
Cara Kerja
1. Isi urine normal pada
tabung 1 dan urin patologis pada tabung 2 hingga dua per tiga tabung
2. Kedua tabung di
miringkan, panaskan bagian atas urin sampai mendidih
3. Perhatikan apakah
terjadi kekeruhan dibagian atas urin tersebut dengan cara membandingkan dengan
urin bagian bawah.
4. Jika urine dalam tabung
tidak terjadi kekeruahn maka hasilnya negative
5. jika urin dalam dalam
tabung terjadi kekeruhan maka tambahkan asam asetat 6% sebanyak 3-5
tetes.
6. Panaskan lagi sampai
mendidih, Jika urine kembali bening/kekeruahn menghilang maka hasilnya negatif.
Jika kekeruahn urin tetap ada maka hasilnya positif.
7. Beri penilaian terhadap
hasil pemeriksaan tersebut
· Cara menilai hasil :
ü Tak ada kekeruhan
: -
ü Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir : +
(protein 0,01-0,05%)
ü Kekeruhan mudah terlihat dengan butir-butir : ++
(protein 0,05-0,2%)
ü Kekeruhan jelas dan berkeping-keping : +++
(protein 0,2-0,5%)
ü Sangat keruh, berkeping besar atau bergumpal :
++++(> 0,5%)
b Prosedur yang lain :
1.
Dengan Dipstick
·
Urin sewaktu
1. Kumpulkan spesimen acak
(random)/urin sewaktu.
2. Celupkan strip reagen
(dipstick) kedalam urin.
3. Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan
dengan bagan warna.
Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih
dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual. Dipstick
mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang
sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin,
protein Bence-Jones, dan mukoprotein.
·
Spesimen urin 24 jam
1. Kumpulkan urin 24 jam
2. masukkan dalam wadah besar dan simpan dalam lemari pendingin.
3. Jika perlu, tambahkan bahan pengawet.
4. Ukur kadar protein dengan metodekolorimetri menggunakan fotometer
atau analyzer kimiawi otomatis.
1. Dengan asam sulfosalisil:
1.
Dua tabung reaksi diisi masing-masingnya dengan dua ml urin yang akan
diperiksa.
2.
Tabung yg pertama ditambahkan 8 tetes larutan Asam sulfosalisil 20% dan
kemudian dikocok.
3.
Bandingkan dengan tabung yang kedua (yang tidak ditambahkan As.
sulfosalisil 20%). Kalau tetap sama jernihnya test terhadap protein “Negatif/
(-)”.
4.
Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua, panasilah tabung pertama
itu diatas nyala api sampai mendidih dan kemudian dinginkan kembali dengan air
mengalir :
ü Jika kekeruhan tetap ada
pada waktu pemanasan dan tetap ada juga setelah dingin kembali, tes terhadap
protein “Positif”.
ü Jika kekeruhan itu hilang
pada saat pemanasan &muncul lagi setelah dingin, lakukan pemeriksaan Bence
Jones.